Indramayu,(Buserpresisi.com) – Krisis pelayanan air bersih di Kabupaten Indramayu tampaknya belum juga menemukan ujungnya. Warga pelanggan Perumdam Tirta Darma Ayu kembali mengeluhkan terkait air yang jarang mengalir tetapi tagihan tetap datang dengan nominal yang tidak masuk akal.
Masalah klasik ini terus berulang, seolah tanpa solusi berarti. Masyarakat merasa dibiarkan menanggung beban sistem yang tidak transparan, sementara pihak perusahaan daerah air minum (PDAM) terus menagih dengan dalih "kebijakan sistem pencatatan."
Di tengah gelombang keluhan publik, Direktur Perumdam Tirta Darma Ayu, H. Nurpan, S.E., M.Si, buka suara. Dalam keterangannya kepada media, ia justru mengakui ada persoalan serius dalam sistem pembacaan meter pelanggan.
"Kalau boleh jujur, pembaca meter kita dulu banyak yang 'nembak'. Banyak yang flat tiga bulan, tapi di bulan keempat tiba-tiba melonjak. Kejadian ini akan kami benahi, " ujarnya, Senin (27/10/2025).
Pernyataan ini menjadi tamparan keras bagi institusi yang seharusnya menjamin pelayanan dasar masyarakat. Artinya, bukan hanya sistem yang bermasalah, tetapi juga integritas internal PDAM yang kini dipertanyakan.
Nurpan mengklaim sedang membentuk satuan tugas (satgas) untuk menertibkan sistem reklasifikasi pelanggan dan melakukan kalibrasi meteran. Namun langkah ini dinilai sebagai reaksi terlambat terhadap masalah yang sudah menahun.
"Kami akan cek satu per satu meteran pelanggan. Yang rusak akan dicabut, yang masih baik akan dikalibrasi ulang," katanya.
Sayangnya, akar masalah bukan semata pada alat ukur, melainkan minimnya pasokan air baku dan lemahnya manajemen distribusi. Nurpan sendiri mengakui, pasokan air PDAM kini terbatas karena "rebutan" dengan kebutuhan irigasi pertanian.
"Suplai air kita terbatas, karena air baku kita juga rebutan dengan petani," ucapnya.
Ironis. Di kabupaten penghasil padi terbesar di Jawa Barat ini, masyarakat Indramayu justru kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
PDAM Indramayu memiliki dua sumber utama, yakni dari Kuningan dan Cirebon. Namun, hingga kini belum ada kejelasan tentang strategi konkret untuk memastikan air mengalir stabil ke rumah-rumah pelanggan. Nurpan mengaku masih menyusun studi kelayakan untuk menentukan arah distribusi air baku entah untuk kebutuhan industri, atau tetap dibagi ke masyarakat.
Pertanyaan pun muncul. Apakah PDAM kini lebih berpihak pada sektor industri daripada kebutuhan dasar warga?
Krisis pelayanan air bersih ini bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal kepercayaan publik. Selama PDAM Indramayu belum mampu memberikan transparansi data, kejelasan tarif, serta jaminan suplai yang adil, maka setiap "program perbaikan" hanya akan dianggap sebagai janji kosong.
Masyarakat Indramayu tidak meminta banyak, hanya air bersih yang mengalir dari kran dengan lancar, sesuai dengan yang mereka bayar setiap bulan. Sebuah hak dasar yang seharusnya sudah lama dijamin negara, bukan diperjuangkan terus-menerus dari balik tagihan yang tidak masuk akal. (WH)


0 comments:
Posting Komentar