Bangka — Sore itu, tim investigasi awak media bergerak menuju Sungailiat, sekitar 30 kilometer dari ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Angin pesisir membawa langkah tim ke arah Jalan Laut, di mana keluhan nelayan sudah terdengar sejak jauh-jauh hari. Mereka resah, Sungai yang dahulu menjadi jalur hidup kini berubah menjadi kawasan penuh sesak Ponton Isap Produksi (PIP) yang beroperasi di Daerah Aliran Sungai (DAS).
Ratusan PIP Menggali Perut Bumi Tanpa Rasa Takut
Saat tiba di lokasi, pantauan tim investigasi membenarkan laporan warga: ratusan unit PIP mangkal dan sebagian masih bekerja, meski hari itu adalah hari Minggu. Seorang pengunjung menjelaskan bahwa banyak pekerja memilih libur, namun tetap saja PIP yang beroperasi terlihat jelas di sepanjang aliran sungai.
Pekerja tampak santai menancapkan pipa besi sepanjang 16 hingga 18 meter ke dasar bumi untuk menyedot material bercampur bijih timah. Material itu lalu dialirkan ke bak pencucian sebelum biji timah dipisahkan. Semua berlangsung terbuka, tanpa ada rasa takut terhadap hukum.
Salah satu pekerja mengungkapkan kepada tim investigasi:
"Harga timah di sini murah bang, cuma Rp120 ribu per kilo. Kalau hari ini dapat 80 kg, lumayan. Rata-rata satu PIP bisa hasilkan 50 kg."
Jejak Pondok Hitam: Lokasi Penimbangan Timah
Dari tepi sungai, terlihat sebuah pondok beratapkan plastik polibek hitam. Di situlah seluruh hasil biji timah ditimbang. Seorang pengurus penimbangan mengaku bahwa pembeli timah di lokasi DAS tersebut adalah Big Bos Assiang, warga Desa Rebo, Kelurahan Kenanga, Kecamatan Sungailiat.
"Hari ini cuma empat PIP yang kerja bang, banyak yang libur. Biasanya Big Bos Assiang sore sering datang ke sini," ungkap salah satu pekerja.
Siapa Big Bos Assiang? Penegak Hukum ke Mana?
Pertanyaan besar muncul di benak publik:
Siapa sebenarnya Big Bos Assiang yang berani membeli timah secara terbuka di tengah DAS?
Mengapa aktivitas masif ini seperti luput dari pantauan aparat?
Ke mana peran Polres Bangka dan institusi penegak hukum lain?
Adakah aliran setoran tertentu yang membuat aktivitas ilegal ini seolah tak tersentuh?
Tidak hanya itu, tim investigasi juga menelusuri ke mana biji-biji timah ini mengalir. Apakah masuk ke perusahaan tertentu? Atau justru mengalir ke jaringan penyelundupan timah ke luar negeri?
Tim Investigasi Datangi Rumah Big Bos Assiang
Malam hari, tim investigasi mendatangi kediaman Big Bos Assiang. Namun, hingga berada di depan pagar rumahnya, sang bos tidak keluar menemui awak media. Kediamannya tampak tertutup, tanpa aktivitas berarti.
Fakta ini membuat dugaan semakin kuat bahwa ada sesuatu yang disembunyikan. Sementara negara terus dirugikan dari kebocoran hasil tambang ilegal ini, Big Bos diduga menikmati keuntungan pribadi tanpa memikirkan dampak sosial yang terjadi.
Nelayan Merugi, Muara Semakin Dangkal
Akibat masifnya aktivitas PIP, alur muara kian dangkal. Nelayan tradisional mengeluhkan kapal sulit keluar masuk, bahkan ada yang harus menghentikan aktivitas melaut karena tertutup tumpukan lumpur.
Kerusakan ekosistem ini bukan hanya mematikan mata pencaharian, tapi juga menghancurkan keseimbangan lingkungan DAS Sungailiat.
Satgas PKH Harus Turun Tangan
Berdasarkan temuan lapangan, tim investigasi meminta Satgas Penegakan Hukum Minerba dan Penyelundupan Timah (PKH) untuk segera turun tangan.
Jika dibiarkan, kerugian negara akan semakin besar, dan aktivitas illegal mining akan menjadi bom waktu yang merugikan rakyat, terutama para nelayan yang paling terdampak.
(HR/TIM)


0 comments:
Posting Komentar